Sabtu, 17 September 2011

Mereka yang Dilupakan

Betapa nikmatnya hidup di jaman yg sudah merdeka seperti ini, kita hanya tinggal merasakan nikmatnya hidup tanpa ada di tangan kekuasaan " Belanda " dan " Jepang ". Kita tidak sadar di balik itu semua ada seseorang yang memperjuangkannya sekuat tenaga, bahkan rela mengorbankan jiwa, raga, dan darahnya untuk memperjuangkan " kebebasan " tersebut. mereka adalah para " Veteran yg terlupakan ". Mungkin kita hanya mengenal Teuku Umar, Cut Nyak Dien, Tuanku Imam Bojol, Pangeran Diponegoro, Pattimura, Dan lain-lain.

Tapi di balik itu semua, ada beberapa orang yang tidak kita kenal yang ikut berjaung melawan ketidakadilan dari tangan " Sang Penguasa ". Pernah menjadi orang penting dalam sejarah perjuangan melawan penjajahan Jepang dan Belanda ternyata tidak menjamin dirinya menikmati hari indah di masa tua Minimnya tunjangan dan tiadanya pensiun membuat dirinya harus memikirkan solusi untuk membiayai kehidupan diri dan keluarganya.

Itulah yang terbersit di dalam benak saya, apakah tidak ada " timbal balik " dari para penerus bangsa ini ??? terutama dari para pemimpin di negeri ini, mereka hanya mementingkan kehidupan mereka. Mereka tidak memperdulikan para " Veteran " tersebut. Tanpa dirinya tentu akan sulit bangsa ini memperoleh kebebasan

Berikut adalah kutipan saya dari web yang ada di Internet:

Laporan Wartawan Tribun Manado,
TRIBUNNEWS.COM, MANADO

Dialah Opa Jack Herman Kandow. Veteran pejuang kemerdekaan berusia 78 tahun asal Ratahan ini tidak pernah patah semangat meskipun usianya makin senja.

Opa Jack pada akahirnya menolak tawaran pimpinannya dan harus menerima konsekwensi kehilangan pekerjaan.

Diakui Opa Jack, kehilangan pekerjaan bukanlah hal yang mudah. Dirinya harus berjuang mencari pekerjaan lain untuk menopang kehidupan dirianya dan keluarga.
Akhirnya sekitar tahun 80-an Opa Jack memutuskan merantau ke Ternate. Dirinya baru balik ke Manado setelah kerusuhan pecah di sana tahun 2000.

Di tahun yang sama Opa Jack mendapat surat panggilan dari markas daerah legiun veteran Sulut. Dalam isi suratnya Opa Jack diberi tahu kalau dirinya sudah diterima sebagai veteran pejuang kemerdekaan di markas daerah legiun veteran Sulut sebagai penghargaan atas jasanya dalam masa perjuangan kemerdekaan.
Akan tetapi diterima sebagai veteran pejuang kemerdekaan tidak serta merta membuat kesejahteraan hidup Opa Jack menjadi lebih baik. Dirinya harus rela tidak mendapatkan gaji dan tunjangan sampai tahun 2007. Opa Jack hanya sedikit beruntung karena diizinkan menempati tanah yang ada di samping markas legiun veteran Sulut, itu pun rumahnya harus dibangun seadanya oleh opa Jack.

Opa Jack hanya mendapatkan sedikit uang ketika menjadi ajudan ketua markas daerah legiun Veteran Ricko Anis. "Waktu itu saya masih sempat dapat uang bulanan Rp 400 ribu rupiah," ungkapnya.
Selepas masa jabatan Ricko Anis, nasib Opa Jack kembali miris. Untunglah dirinya memiliki keahlian membuat aneka furniture kayu seperti meja, kursi dan lemari.

Semua pekerjaan sampingan ini akhirnya harus dijalani Opa Jack demi mencukupi kebutuhan hidup keluarga.
Barulah kemudian di tahun 2010 Opa Jack kemudian ditunjuk menjadi pembantu sekretaris panitia pembebasan aset-aset veteran Sulut.

Kondisi koperasi markas veteran yang kosong pada akhirnya berimabas ke tunjangan gaji bulanan Opa Jack. Setiap bulannya Opa Jack hanya menerima gaji sebesar Rp 200 ribu saja. Untunglah gereja tempat dirinya bergabung sebagai jemaat peduli dengan kondisinya yang kemudian memberikan tunjangan beras, gula dan susu setiap bulan. "Syukurlah bantuan ini sangat membantu," tuturnya.
Meskipun dalam kondisi hidup pas-pasan jelas sekali tergambar di wajahnya yang makin keriput ucapan syukur yang luar biasa karena masih bisa hidup meskipun dalam kondisi keterbatasan. Tidak sedikitpun tersirat pengeluhan dari mulutnya. "Puji Tuhan saya sekeluarga masih bisa menikmati berkat-berkat Tuhan sampai saat ini," ujarnya sambil tersenyum.

Bagi Opa Jack, menjadi seorang veteran pejuang kemerdekaan bukan berarti hanya bersantai-santai sambil menunggu tunjangan gaji turun. "Umur boleh tua, fisik boleh menurun tetapi semangat berjuang tidak boleh luntur." Ungkapnya penuh semangat.
Itulah mengapa di usianya yang makin senja, Opa Jack tetap berusaha menjadi pribadi yang bergantung pada negara dan nasib. Tetap menjalankan pekerjaan sampingan sebagai tukang kayu harus terus digeluti pria renta ini untuk tetap bisa menafkahi istri dan satu orang cucunya yang juga tinggal bersama dirinya.

"Syukurlah sampai sekarang masih ada juga orang yang minta dibuatkan meja dan kursi meskipun tidak selalu ada pesanan," ungkapnya.
Di hari kemerdekaan ke-66 RI tahun ini sepenggal harapan terungkap dari mulutnya bagi negara yang sudah dibela mati-matian dalam perjuangan panjang waktu silam. "Semoga nasib para veteran makin diperhatikan," ujar Opa Jack singkat.

Begitulah salah satu kehidupan veteran yang ada di negeri tercinta kita Indonesia, banyak para veteran yang di janjikan hidup layak dari para pemerintah. tapi kenyataannya lain, mereka memperjuangkan hidupnya sendiri. Sungguh miris melihat keadaan seperti ini, tak sepatutnya orang yang pernah bejasa seperti mereka di lupakan.